Minggu, 10 Oktober 2010

Talenta

Matius 25 : 14 - 30

Dalam perumpamaan Tuhan Yesus tentang talenta dikisahkan seorang tuan hendak bepergian jauh. Ia memberikan kepada tiga orang hambanya masing-masing lima, dua, dan satu talenta. Ketika sang tuan kembali, ia mendapati hamba yang memperoleh lima dan dua talenta telah mengelola talenta dengan baik, sehingga menghasilkan dua kali lipat. Maka, sang tuan pun memujinya. Sedang hamba yang memperoleh satu talenta malah menguburnya dan tidak menghasilkan apa-apa, sehingga sang tuan menegurnya dengan keras.

Melalui perumpamaan tersebut kita belajar bahwa setiap orang pada dasarnya punya talenta. Tidak ada orang yang sama sekali tidak diberi talenta apa-apa oleh Tuhan. Hanya memang ada yang diberi banyak, ada yang diberi sedikit. Namun, banyak sedikitnya talenta itu bukan soal, sebab yang penting adalah bagaimana kita mengelolanya. Apakah kita mengelolanya dengan baik, sehingga menjadi berkat? Atau, malah menguburnya dan tidak menghasilkan apa-apa.

Tentu kita tidak akan pernah menyia-nyiakan talenta yang Tuhan percayakan kepada kita. Dalam hidup persekutuan Jemaat Pondok Melati, pada saat ini juga kita akan menyaksikan dan mendukung dalam doa dan karya pelayanan dari Saudara-saudara kita yang diteguhkan sebagai Majelis Jemaat dan PPJ periode 2010-2014. Segala sesuatu akan dapat berjalan dengan baik jika kita selaku jemaat, selaku satu tubuh Kristus akan saling menopang dan mendukung dalam mengembangkan semua talenta yang ada pada kita, untuk kita persembahkan kepada Tuhan sebagai pujian syukur bagiNya.

Amin.

Pdt. Lisanty T. Lasso

Minggu, 01 Agustus 2010

Rencana Allah


Setelah peristiwa 11 September 2001, sebuah perusahaan mengundang karyawan dari perusahaan lain yang selamat dari serangan atas WTC - untuk menceritakan pengalamannya. Seorang kepala keamanaan selamat karena harus mengantar anaknya ke sekolah sebab istrinya sedang sakit. Seorang wanita terlambat datang karena alam jamnya tidak berbunyi tepat waktu. Seorang karyawan ketinggalan bus. Seorang karyawan menumpahkan makanan dibajunya sehingga perlu waktu untuk berganti pakaian. Seorang karyawan mobilnya tidak bisa dihidupkan. Seorang lainnya memakai sepatu baru pagi itu dan berangkat kerja dengan semangat. Namun sepatu itu menyebabkan luka di tumit dan membuatnya berhenti di sebuah toko obat untuk membeli plester.

Firman Tuhan berkata bahwa Allah turut bekerja dalam segala hal, termasuk ketika sepertinya segala hal tidak berjalan sesuai dengan keinginan kita hanya dengan maksud untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Dia. Perhatikan bahwa Tuhan berkata semua ini akan terjadi bagi orang yang mengasihi Dia, yaitu yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah, bukan rencana kita! Yang perlu kita lakukan adalah berusaha mengerti akan setiap karya Tuhan di dalam hidup ini. Hari ini, ketika banyak hal tidak sesuai dengan rencana kita, semuanya tampak sangat kacau, atau bahkan hal-hal kecil seperti anda tidak bisa menemukan kunci mobil, lampu merah mati dan membuat macet; jangan terburu-buru marah atau frustasi, karena TUHAN sesungguhnya sedang bekerja untuk menjgaga kehidupan kita.

Mari belajar bersyukur atas segala hal yang telah, sedang dan akan terjadi dalam hidup kita. Ini karena kita percaya bahwa Tuhan tetap memegang kendali atas segala hal yang akan terjadi dan semuanya terjadi hanya dengan maksud agar rencana-Nya dapat digenapi dalam hidup kita ini.

Amin.

Pdt. Lisanty T. Lasso STh.

Minggu, 25 Juli 2010

Belajar Melepaskan


Sodom dan Gomora terletak di lembah Yordan yang berlimpah air, sehingga Lot memilihnya ketika akan berpisah dengan Abraham. Karena kejahatan penduduk kota tersebut, Sodom dan Gomora hendak dimusnahkan. Meski demikian, Tuhan memberi kesempatan kepada Lot untuk menyelamatkan diri dengan berlari ke Zoar. Sayangnya, istri Lot tak menuruti petunjuk malaikat Tuhan. Ia menoleh ke belakang seakan-akan ia tidak rela meninggalkan kota tempat tinggalnya yang nyaman tersebut. Dan ia pun menjadi tiang garam.

Hal-hal pada masa lalu kita mungkin sudah terasa nyaman dan menyenangkan bagi kita. Akan tetapi, sebagaimana kehidupan Lot, ada kalanya Allah melihat sesuatu yang takkan berakibat baik apabila kita terus ada di tempat atau situasi yang sama. Dan, mempertahankan semuanya hanya akan membuat kita terhambat dan tidak akan maju. Karena itu, penting sekali bagi kita untuk memiliki hati yang pasrah bersandar kepada Tuhan; kemudian menata hati, bersiap menyambut hal-hal baru yang mungkin akan hadir. Dia jauh lebih tahu mana yang paling penting dan berharga dari hidup kita.

Amin.

Pdt. Lisanty T. Lasso, STh.

Minggu, 18 Juli 2010

Mengapa Keluar Dari Masalah?


Secara manusiawi setiap kita akan berusaha menghindarkan diri dari masalah, baik masalah ekonomi, sakit-penyakit, rumah-tangga yang berantakan, dan sebagainya melalui usaha dan kerja keras yang bertanggung jawab. Namun apakah usaha itu ditujukan untuk menikmati damai kita sendiri dan bukannya untuk TUHAN? Banyak orang berkata, "Kami mau hidup damai-damai saja, pokoknya cari aman." Pernyataan ini pasti berarti menginginkan suatu kehidupan yang tidak bermasalah. Segalanya berjalan lancar, sehingga kita bisa menikmati apa yang disangkakan sebagai kebahagiaan. Dalam hal ini, bahkan seseorang ber-TUHAN pun hanya dalam rangka menghindarkan diri dari masalah.

Kalau kita menghindarkan diri dari masalah hanya untuk menikmati kebahagiaan bagi kita sendiri atau hanya untuk keluarga, orang dekat dan bukannya untuk TUHAN, maka kita menjadi orang yang egois. Kita tidak dapat membagi diri kita dengan orang lain. Maka sebenarnya kita tidak melayani TUHAN, bahkan sebaliknya kita memanfaatkan TUHAN untuk kesenangan kita sendiri. Inilah yang TUHAN Yesus jelaskan sebagai orang yang "menyelamatkan nyawanya" (ayat 25). TUHAN Yesus tegas mengatakan bahwa orang seperti ini akan kehilangan nyawanya.

Kita harus selalu menguji, apakah kita berusaha untuk menghindari dari masalah semata, atau sudahkan kita menyadari bahwa bila ingin efektif bagi TUHAN, kita harus tidak bermasalah. Jika hidup kita tidak bermasalah, kita dapat melayani TUHAN tanpa gangguan. Ini semua adalah pelayanan bagi TUHAN secara tidak langsung. Seharusnya kita ber-TUHAN bukan dalam rangka menghindarkan diri dari masalah, tetapi karena TUHAN adalah satu-satunya ALLAH yang benar, yang dikenal dalam pribadi Yesus Kristus, Sang Juru Selamat. Kita menikmati damai sejahtera dari diri-Nya sendiri, dan bukan mencari berkat atau pertolongan-Nya semata.

Amin.

Pdt. Lisanty T. Lasso, STh.

Minggu, 11 Juli 2010

Menjadi Pemenang Dalam Kesulitan


Identitas sebagai hamba Tuhan tampak jelas sekali pada diri Paulus dan Silas melalui sikap dan cara mereka menghadapi aniaya dan perlakuan tidak adil dari orang yang tidak menyukai mereka. Tindakan penangkapan dan pemenjaraan merupakan tantangan iman dan kesabaran. Tetapi Paulus dan Silas tidak terpaku atas kesulitan yang menimpa. Hati dan perkiraannya tetap diarahkan ke hadiran Tuhan.

Saudara, dalam keadaan yang sulit tidak sedikit orang Kristen yang mencari tantangan dan kepentingannya sendiri dan memanfaatkan kesempatan diri sendiri tanpa bertanya apakah keputusan tersebut sesuai dengan keiingan Tuhan atau tidak.

Marilah kita meneladani sikap yang dimiliki Paulus dan Silas yang akhirnya membuat  kepala penjara dan keluarganya percaya kepada Yesus dan memberikan diri mereka dibaptis.

Sungguh luar biasa hasil yang akan dicapai kalau kita memperoleh kemenangan karena mengikuti keinginan Tuhan dan bukan keinginan kita sendiri.

Amin.

Pdt. Lisanty T. Lasso, STh.

Minggu, 04 Juli 2010

PertolonganNya Nyata


Pernahkah anda bertemu dengan orang yang memiliki ilmu kebal; yang tak mempan ditembus senjata tajam, bahkan peluru? Mungkin pernah. Namun, adakah orang yang kebal terhadap penderitaan? Selama punya rasa dan hati, orang tidak dapat kebal dari kesesakan hidup. Akan tetapi, penderitaan yang berat belum tentu " menggilas" manusia. Mari kita cermati pesan Paulus tentang hal ini.


Mengawali suratnya kepada jemaat di Korintus, Paulus berkata bahwa Allah telah menghiburnya dalam penderitaan. Ya, ia memang sedang harus menanggung kesengsaraan Kristus ketika surat ini ditulis (ayat 5). Namun, saat ia mengalami penderitaan berat, ada juga penghiburan yang besar. Bakan penderitaan itu pada giliriannya justru menjadi penghiburan. Inilah pesannya; di tengah impitan beban hidup, kita mesti membuka hati untuk merasakan penguatan Allah. Dan ada satu kenyataan ilahi yang memampukan kita untuk menghadapi segala beban hidup, yakni bahwa Allah kita sungguh berkuasa, bahkan dapat membangkitkan orang mati (ayat 9). Hal ini terbukti melalui peristiwa kebangkitan Kristus. Dan itulah pengharapan Paulus.

Jika kita menghadapi beban hidup bersama-sama dengan Allah, maka sebuah "luka" pun dapat berubah menjadi "obat". Bagaimana tidak? penderitaan yang kita alami akan membuat kita memiliki pengalaman iman dengan Tuhan. Melalui itu, kitapun dikuatkan untuk tetap tegar di tengah badai. Dan pada gilirannya, orang yang kuat akan dapat meneguhkan orang lain. Bukan dengan penghiburan yang klise, tetapi penghiburan yang berdasarkan pengalaman nyata. PertolonganNya juga sangat nyata dalam pertumbuhan Gereja Kristen Pasundan yang pada saat ini memperingati Hari Pekabaran Injil GKP, dengan melakukan Perjamuan Kudus. Di tengah-tengah himpitan dan tekanan benih Kerajaan Allah tetap dapat ditaburkan dengan subur, itulah syukur yang patut kita naikan kepadaNya.

Amin.

Pdt. Lisanty Lasso, STh.

Minggu, 27 Juni 2010

Memeriksa Diri Sendiri



Dagelan politik sudah terlalu sering dipertontonkan di televisi. Kita bisa melihat orang-orang yang begitu mudah menyudutkan orang lain seolah-olah mereka sangat bersih. Menuduh orang lain memang sungguh mudah. Menunjuk orang lain dengan tudingan dan prasangka macam-macam itu gampang. Namun saya kira Tuhan tidak sembarangan mendesain bentuk jari. Coba perhatikan ketika kita menunjuk orang lain, tidakkah ada 3 jari lain yang justru mengarah kepada diri kita sendiri? Menilai keburukan orang lain tidaklah sulit. Yang sulit justru menilai diri sendiri. Ketika kita menilai keburukan orang lain, sudahkah kita memeriksa diri kita sendiri?

Mari kita lihat apa yang dianjurkan oleh Paulus kepada jemaat di Korintus. Paulus berkata seperti ini: "Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika demikian, kamu tidak tahan uji." (2 Korintus 13 : 5).

Dari ayat ini kita bisa melihat bahwa kita seharusnya lebih memprioritaskan untuk menyelidiki diri kita sendiri terlebih dahulu ketimbang menilai orang lain. Dalam kondisi fisik kita saja seharusnya begitu. Bayangkan bagaimana rawannya kelangsungan hidup kita jika kita tidak pernah memeriksa kesehatan kita, tidak pernah berolahraga tapi terus membiarkan hal-hal yang merusak kesehatan kita silih berganti masuk menghancurkan diri kita. 

Apalagi jika kita mengacu kepada kondisi rohani kita. Bayangkan ada berapa banyak bahaya yang tidak disaring apabila kita tidak pernah memperhatikan dengan seksama segala sesuatu yang masuk ke dalam diri kita.

Ketika kita berani menguji atau memeriksa diri sendiri, itu artinya kita berani melihat segala sesuatu dari diri kita, yang baik maupun yang buruk. Itu artinya kita berani melihat kelemahan kita sendiri. 

Dengan mengetahui kelemahan kita, disitulah kita akan dapat mengambil langkah untuk melakukan perbaikan. Dan hasilnya jelas, kita akan lebih kuat, lebih tahan uji dibandingkan orang yang tidak pernah peduli terhadap keselamatan dirinya sendiri, terlebih orang yang suka menilai kelemahan atau keburukan orang lain.

Amin.

Pdt. Lisanty T. Lasso, STh.

Minggu, 20 Juni 2010

Hati Yang Jujur Dan Terbuka


"Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini." (Lukas 18:13).

Keadaan hati kita adalah faktor penting dalam hubungan dengan Tuhan karena yang dinilai Tuhan bukanlah paras, perawakan atau pun kepandaian, melainkan isi hati kita. "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati." (1 Samuel 16:7b), sebab, "Seperti air mencerminkan wajah, demikian hati manusia mencerminkan manusia itu." (Amsal 27:19)

Untuk menggambarkan keadaan hati manusia, Tuhan Yesus memberikan perumpamaan: "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang pemungut cukai." (Lukas 18:10). Orang Farisi adalah tokoh agama yang tahu banyak tentang isi Alkitab. Tapi sayang hatinya penuh kesombongan dan kemunafikan, merasa bersih dari dosa, tanpa cacat cela seperti tertulis: "Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepadaMu, karena aku tidak sama seperti orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah, dan bukan seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku." (Lukas 18:11-12). Otomatis orang Farisi merasa tidak memerlukan belas kasih dan anugerah; orang sehat tentunya tidak memerlukan dokter/tabib. Sebaliknya "... pemungut cukai berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihinilah aku orang berdosa ini." (Lukas 18:13)

Kejujuran dan keterbukaan hati pemungut cukai telah membuka pintu rahmat Tuhan. Permohonan belas kasih yang dipahat dari jeritan hati yang remuk selalu menyentuh hati Tuhan. Tuhan berkata, "Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain (Farisi) itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barang siapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." (Lukas 18:14).

Amin.

Pdt. Lisanty T. Lasso, STh.

Minggu, 13 Juni 2010

Jangan Lupakan Kebaikan Tuhan


Kita seringkali terpaku pada keadaan dan penderitaan yang kita alami: sakit penyakit atau persoalan rumah tangga yang pelik. Kita begitu cemas, kuatir dan takut, rasanya hari-hari yang ada begitu gelap. Wajah kita terus murung tiada tawa. Jangankan memuji-muji Tuhan, tersenyumpun berat rasanya. Masalah yang ada laksana gunung yang besar menindih kita, kita jadi lupa segala kebaikan Tuhan dan juga perbuatan-perbuatanNya yang ajaib.

Raja Daud mengajak kita untuk mengingat-ingat apa yang sudah Tuhan perbuat: "Dia (Tuhan) yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu, Dia yang menebus hidupmu dari lubang kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali." (ayat 3-5). Tuhan selalu mengampuni? Berapa kali kita melanggar firmanNya dan Tuhan selalu mengampuni? Berapa kali kita dalam kondisi lemah tidak berdaya karena sakit dan Tuhan menyembuhkan? Bukankah kita ini orang-orang yang semestinya dimurkai dan binasa, tetapi karena kasihNya Ia rela mati di atas kayu salib menyelamatkan kita? Kenangkan betapa besar kasih setia dan rahmatNya atas kita. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita walaupun kita sering meninggalkanNya. Berapa kali kita diluputkan dari segala marabahaya? Daud mengakui, "Dalam kesesakan aku telah berseru kepada Tuhan, Tuhan telah menjawab aku dengan memberi kelegaan." (Mazmur 118:5).

Siapakah seperti Tuhan, setiap saat tak jemu-jemu memberi pertolongan? Saat menghadapi jalan buntu, pertolongan manusia tak mungkin diperoleh, Tuhan telah mengulurkan tanganNya dan dengan caraNya yang ajaib menolong kita. Ingat kasih kita yang mula-mula waktu bertemu Yesus dan kita diselamatkan. Mungkin kasih itu telah padam oleh segala kesibukan dan masalah sehari-hari, namun kembalilah dan ingatlah kebaikanNya selama ini, yang dengan perbuatan baik kita tak cukup membalasNya.

Amin.

Pdt. Lisanty T. Lasso, STh.

Minggu, 23 Mei 2010

Manusia Yang Berharga Di Mata Allah


Minggu ini, kita selaku Gereja Tuhan merayakan hari Pentakosta, kecurahan Roh Kudus. Saat Roh Kudus tercurah, semakin nyata kasih Tuhan yang selalu setia dalam menggenapi jani-janjiNya. Pada awal penciptaan manusia, Allah menempatkan manusia pada tempat yang paling mulia di antara makhluk ciptaan yang lain. Namun, pemberontakan manusialah yang merubah dan merusak anugerah tersebut.

Dalam upaya memulihkan kemuliaan manusia, Allah bekerja dengan banyak cara, yang teramat mulia adalah dengan menghadirkan putraNya Yesus Kristus, yang telah berkarya di tengah-tengah dunia. Bahkan setelah kenaikanNya ke Surga, karyaNya tak pernah berhenti. Roh Kudus yang dicurahkanNya merupakan bukti dari kasihNya yang terus berupaya memulihkan dan memelihara kehidupan kita anak-anaknya. Kita begitu berharga di mataNya, tak pernah dibiarkanNya kita sebagai yatim piatu. Dialah pemelihara hidup kita, RohNya yang kudus yang menyertai kita sampai Dia datang kembali. Itulah yang tak pernah habis kita syukuri.

Amin.

Pdt. Lisanty T. Lasso

Minggu, 16 Mei 2010

Hidup Bijaksana Dalam Penantian

Matius 25: 3 - 4

Dalam pembacaaan Firman Tuhan hari ini, kehidupan diibaratkan sebagaimana penantian dari sepuluh gadis akan kedatangan mempelai pria. Ada lima gadis yang bersiap-siap, mengisi lentera dengan minyak, merekalah gadis yang bijaksana. Sedangkan lima gadis yang lain tidak mengadakan persiapan pelita yang diisi dengan minyak sama sekali sehingga mereka disebut dengan gadis-gadis bodoh; dan saat mempelai pria datang, semuanya terlambat ...

Saudara, kisah ini sebenarnya mengingatkan kita akan kesiapan hidup kita dalam menyambut kedatanganNya yang kedua kali. Apakah kita berperan sebagai gadis-gadis yang bijaksana, ataukah kita berperan sebagai gadis-gadis yang bodoh?

Mempersiapkan hidup kita dengan secermat mungkin, menjaga hati, kehidupan, serta iman kepada Yesus Kristus, SEHINGGA KETIKA DIA DATANG YANG KEDUA KALINYA, KITA SEDIA MENYAMBUT DIA YANG TELAH NAIK KE SORGA DAN AKAN DATANG KEMBALI BAGI KITA ORANG PERCAYA ...

Amin.

Pdt. Lisanty Lasso, STh.

Minggu, 09 Mei 2010

Adakah Tuhan di Tengah-tengah Kita/

Keluaran 16 : 28 - 17 : 7

Jika segala sesuatu berjalan lancar, adalah mudah sekali seseorang memuji Tuhan, melayani dan bekerja dengan penuh semangat. Tetapi bagaimana bila segala sesuatunya tidak sesuai harapan dan rencana kita? Masihkah kita mempunyai Iman bahwa Tuhan selalu berada di tengah-tengah kita?

Dalam perjalanan bangsa Israel menuju Tanah Kanaan, tanah perjanjian, mereka banyak mengalami berbagai peristiwa yang membuktikan betapa besar kasih Tuhan. Namun ketika mereka dihadapkan pada suatu persoalan yang bertolak belakang dengan keinginan mereka yaitu kehabisan makanan dan minuman, mereka mulai bersungut-sungut dan bertanya adakah Tuhan di tengah-tengah kita?

Tidak jauh berbeda dengan bangsa Israel, kitapun berjalan menuju tanah perjanjian, kehidupan di dunia ini laksana bentangan padang gurun yang gersang. Namun bagaimanakah kita tetap merasakan pimpinan dan kehadiranNya. Walaupun berbagai kesulitan melanda hidup kita, dengan mantap dan teguh, setiap orang beriman akan berkata "Ya Tuhan selalui menyertai dan memelihara kita sampai kesudahan jaman.," tanpa sedikitpun mempertanyakan dan meragukan kasih dan kehadiran-Nya di tengah-tengah hidup ini.

Amin.

Pdt. Lisanty T. Lasso, STh.

Senin, 03 Mei 2010

Berkat Bagi Yang Hidup Di Dalam Dia


Sejak manusia diciptakan, iblis berusaha untuk menipu manusia agar jatuh ke dalam dosa dan kehilangan berkat yang disediakan Tuhan. Hal itu berlangsung terus hingga sekarang, dan tidak akan berhenti hingga waktu bagi si iblis telah habis. Iblis begitu berpengalaman dalam hal menipu manusia. Dia mempunyai pengalaman ribuan tahun, sehingga kita tidak berpegang teguh kepada FirmanNya, maka kita akan dengan mudah terperangkap oleh tipu muslihat si iblis.

Banyak sekali cara yang dapat digunakan oleh iblis untuk mengecoh kita, yaitu melalui kenikmatan harta yang berlimpah-limpah, kenyamanan atas posisi atau jabatan tertentu pengakuan oleh orang banyak, dan masih banyak lagi tawaran-tawaran yang membuat kita berkompromi dengan dosa. Si iblis selalu menawarkan jalan pintas bagi kita untuk memperoleh semuanya itu, tetapi pada akhirnya kita akan terjerat dengan perangkapnya yang membawa kepada maut.

Tuhan Allah yang kita sembah bukanlah Tuhan yang tidak sanggup kita diberkati dengan segala kelimpahan baik secara rohani maupun jasmani. Tetapi Tuhan kita Yesus Kristus, sanggup memberikan semua berkat sorgawi bagi kita setia kepadaNya.

Mungkin kita tidak sabar menunggu jawaban dari Tuhan. Tetapi Tuhan tidak berdiam begitu saja atas semua penderitaan yang kita alami. Dia akan memberikan jalan keluar bagi kita tepat pada waktunya. Dia telah merancang rencana yang indah bagi hidup kita.

Amin.

Minggu, 25 April 2010

Nama Tuhan Itu Kudus


Sebagai orang Kristen kita pasti tahu dan hafal Doa Bapa Kami. Bahkan anak-anak sekolah minggu pun sudah diajarkan untuk mengucapkan doa ini. Namun banyak dari kita yang kurang memahami makna kata demi kata yang kita ucapkan.

Sebagaimana ayat nas di atas "...Dikuduskanlah namaMu,", nama Tuhan selalu dihubungkan dengan kekudusanNya sehingga Dia tidak senang jika NamaNya dinajiskan dan diremehkan. Ketika bangsa Israel tidak lagi menghormati nama Tuhan dan tidak mengindahkan perkataanNya, malah menyembah berhala, Ia sangat murka: "Tetapi Aku bertindak oleh karena namaKu, supaya itu jangan dinajiskan di hadapan bangsa-bangsa, dimana mereka berada." (Yehezkiel 20:9a). 

Tindakan Tuhan selalu dikaitkan dengan namaNya yang kudus seperti tulisan Daud: "Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena namaNya." (Mazmur 23:3b). Nama Tuhan juga merupakan kekuatan dan keselamatan bagi orang yang benar: "Nama Tuhan adalah menara yang kuat, kesanalah orang benar berlari dan ia menjadi selamat." (Amsal 18:10). Tetapi bagi mereka yang berjalan dalam kegelapan nama itu menjadi kebencian. Banyak orang sangat "alergi" mendengar nama Yesus. Mereka melecehkan dan merendahkan namaNya.

Tidaklah cukup kita berdoa mengucapkan "Dikuduskanlah NamaMu." Di seluruh kehidupan, kita harus mau dipimpin Roh Kudus dan dituntun kepada kehidupan yang kudus. Setiap hari kita ditantang untuk hidup kudus agar dapat menghayati nama Tuhan yang kudus dan dapat memuliakan namaNya melalui perbuatan-perbuatan kita. 

Amin.

Pdt. Lisanty Lasso, STh.

Minggu, 18 April 2010

Kemampuan Dari Allah


Pernahkah kita berdoa demikian? "Tuhan, aku mengasihiMu dan aku mau melayaniMu. Pakailah hidupku untuk menjadi saksiMu, dan ajarilah aku untuk melalukan apa yang Kau perintahkan sehingga namaMu dipermuliakan."

Ketika suatu saat kesempatan itu datang, kita justru mengatakan: Tuhan, aku tidak mampu, tidak mempunyai talenta." atau berbagai alasan lainnya.

Ingatlah bahwa Tuhan tetap pada rencanaNya untuk menjadikan kita sebagai alatNya. Ia yang akan memberikan hikmat kepada kita dalam bertindak, sehingga namaNya dipermuliakan. Kalau Allah memerintahkan sesuatu pada kita, itu berarti Allah mengerti kemampuan kita. Dia tahu bahwa kita sanggup untuk melakukannya, sekalipun kita berkata bahwa kita tidak sanggup untuk melakukannya.

Dia yang menyuruh kita, pasti Dia pula yang akan memberikan kemampuan kepada kita untuk melakukan tugas yang ia berikan kepada kita.

Pada hari ini kita menyaksikan dan mendukung peneguhan Komisi-komisi GKP Pondok Melati tahun 2010 - 2012. Atau bahkan kitalah yang mendapat tugas dan tanggung jawab tersebut. Mari kita lakukan dengan baik apa yang Tuhan percayakan kepada kita, dan percayalah kepada Dia yang senantiasa menuntun kita. Sekalipun kita tidak mengerti jalan yang Ia buat dalam kehidupan, ingatkah bahwa Tuhan akan memberikan pengertian, hikmat dan kemampuan kepada kita sehingga namaNya tetap dimuliakan.

Amin.

Pdt. Lisanty Lasso, STh.

Minggu, 11 April 2010

Satu Jiwapun Berharga


Dalam suatu persekutuan haruslah ada saling pengertian dan peduli satu sama lain. Setiap orang yang berada dalam persekutuan tersebut harus merasakan kasih dan hadirat Tuhan yang dinyatakanNya melalui umatNya. Jika kita mengaku Kristen, tetapi tidak mau peduli, pemarah, iri hati, penipu, sombong, maka anda bukanlah pengikut Kristus. Pengertian Kristen adalah orang yang mempunyai karakter dan prinsip hidup seperti Yesus Kristus. Bila Yesus tinggal di dalam kita, maka otomatis pikiran, perkataan, tindakan dan gaya hidup kita akan seperti Kristus.

Umat Tuhan harus peduli akan keselamatan orang banyak yang belum mengenal Kristus karena satu jiwa begitu berharga dimataNya. Jangan kita hanya memikirkan keselamatan diri kita sendiri, tetapi keselamatan orang lain juga. Lihatlah Kristus! Bagaimana Ia rela turun ke bumi menjadi manusia hanya untuk menyelamatkan kita. Adakah Yesus memikirkan diriNya sendiri?

Kehidupan kita membutuhkan orang-orang yang mau bersepakat untuk menghadirkan Kerajaan Allah sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Siapapun kita, milikilah hati yang rindu untuk menyampaikan Injil entah itu dalam persekutuan kita atau kepada orang lain untuk saling membangun dengan dasar fondasi yang benar yaitu takut akan Tuhan dan mengikut teladan Yesus Kristus terutama dalam hal saling mengasihi dan saling peduli.
Amin.

Pdt. Lisanty Lasso, STh.

Selasa, 06 April 2010

KebangkitanNya Memampukan Kita Untuk Bercahaya di Dalam Kehidupan


Pada saat ini, kita tengah merayakan Paskah, hari kebangkitan Kristus. KemenanganNya atas maut sungguh-sungguh membuktikan kemahakuasaanNya dan kebesaran kasihNya kepada kita. Apakah kita sungguh-sungguh bersyukur atas kemenanganNya?
Yang sekaligus juga adalah kemenangan kita selaku orang yang percaya padaNya?

Salah satu panggilan yang melekat erat dengan kehidupan kita sebagai orang percaya adalah untuk menjadi garam dan terang di dalam kehidupan ini. Cahaya kebangkitanNya adalah juga cahaya kehidupan kita.

Apakah sebenarnya yang Yesus ingin nyatakan pada saat Ia mengatakan: Akulah Terang Dunia (Yoh 8:12a)? Sedangkan dalam Matius 5 : 14, Yesus mengatakan kepada murid-muridNya: "Kamu adalah terang dunia."

Yesus ingin agar murid-muridNya mengetahui bahwa apabila mereka hidup di dalam Yesus, dan Yesus di dalam mereka, maka mereka akan menjadi terang dunia karena mereka sudah memiliki terang dunia tersebut.

Kita harus menyadari bahwa apabila kita hidup di dalam Roh, bukan dalam kedagingan atau dosa, maka kita akan mempunyai cahaya ilahi di dalam hidup kita yang memancar lewat perkataan dan perbuatan kita. Demikianlah kita akan selalu menyatakan kasih dan pelayanan kita di tengah-tengah dunia ini … SELAMAT PASKAH.

Amin.

Pdt. Lisanty Lasso STh.
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Selasa, 30 Maret 2010

Pikullah Salibmu

Simon orang Kirene datang ke Yerusalem untuk merayakan Paskah. Dia bertemu dengan Yesus yang sedang kepayahan memikul "salib." Tentara Romawi memerintahkan Simon untuk memikul salib Yesus. Simon tentu sangat terkejut. Ia sendiri pada saat itu tidak mengenal siapakah Yesus ini. Pasti hatinya marah dan kecewa karena acara merayakan Paskahnya menjadi terganggu. Mungkin juga ia marah terhadap "penjahat" yang melibatkan dirinya.

Mungkin kita kasihan kepada Yesus, seperti perempuan-perempuan Yerusalem itu (ayat 27). Tapi bukan simpati yang Yesus harapkan, melainkan iman yang tulus dan percaya. Sebagai tanda pertobatan kita, yang keluar dari hati kita kepada-Nya. Seperti yang dilakukan oleh Simon, tanpa berkata apa-apa dia memikul salib Yesus.

Kita harus memilih mau mengikut Yesus atau "melawan Dia" (Matius 12:30). Penderitaan Kristus bukanlah suatu kesedihan bagi kita orang yang percaya. Tetapi menjadi awal sukacita yang kekal bagi seluruh umatmanusia di dunia ini. Bahkan kini banyak orang yang berdoa supaya dapat turut serta dalam penderitaan Kristus!

Namun, Yesus menderita sendirian, karena para murid memang "meninggalkan" Dia. Dan penderitaan-Nya adalah untuk suatu penebusan dosa umat manusia. Dalam pekerjaan penebusan dosa ini, Tuhan Yesus tidakmemerlukan seorang penolong.

Oleh karena itu, kita memahami betapa menakutkan murka Allah terhadap "dosa"! Tetapi Allah juga memberikan kasih yang tak ternilai, bagi kita yang mengasihi Yesus Kristus. Yang mengerikan dari penyaliban ini adalah rasa sakit yang luar biasa, tetapi tidak mematikan. Korban dibiarkan mati kelaparan, kehausan di bawah teriknya matahari.

Tuhan mengijinkan diri-Nya sendiri untuk digolongkan sebagai salah satu dari "penjahat brutal." Rasul Petrus menguraikan penderitaan Yesus secara terperinci, "Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspuntelah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejakNya." 

Ia tidak berbuat dosa, dan tipu daya tidak ada dalam mulut-Nya. Ketika Ia dicaci-maki, Ia tidak membalas dengan mencaci-maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkan kepada Dia yang menghakimi dengan adil. Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuhNya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilurNya kamu telah sembuh.

"Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu." (1 Petrus 2:21-25). "Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, Ia tidak layak bagi-Ku." (Matius 10:38).

Amin.

Pdt. Lisanty Lasso, STh

Minggu, 21 Maret 2010

Mengembalikan Manusia Serupa Allah


Orang percaya kepada Tuhan Yesus adalah orang yang sangat beruntung. Mengapa? Tuhan Yesus adalah Allah sendiri yang datang ke dunia untuk orang berdosa, orang sakit dan orang yang tidak berpengharapan lagi. Bahkan Ia rela mengambil rupa seorang manusia dan menjadi sama dengan manusia (Fil 2:7), dengan tujuan untuk menyelamatkan manusia dari belenggu dosa. Tanpa Tuhan Yesus manusia tidak ada satupun yang selamat dari dosa. Karena belenggu dosa sangat mengikat manusia, dan tidak akan pernah manusia berdosa masuk ke dalam kerajaan Allah yang kudus itu. Melalui kematian di kayu salib, Tuhan Yesus memposisikan diriNya sebagai manusia berdosa sehingga manusia yang percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juru-selamatnya akan menjadi layak untuk masuk ke dalam kerajaan sorga.

Arti salib Kristus yang sebenarnya adalah perpindahan dari manusia berdosa kepada manusia yang dibenarkan dan layak menghadap Allah Bapa di sorga. Bahkan Tuhan Yesus akan memberikan kuasa dan otoritas-Nya kepada manusia untuk berkuasa atas seluruh bumi. Ia mengembalikan manusia ke visi awal penciptaanNya (Kej 1:26). Kita harus menyadari bahwa kita diciptakan Tuhan bukan untuk dikuasai dosa, namun sebaiknya, kitalah yang harus mengatasi dosa dengan pertolongan Roh Kudus, sehingga kita menjadi hidup yang hati Allah Bapa yang kita menciptakan.

Amin.

Pdt. Lisanty Lasso, STh

Minggu, 14 Maret 2010

Wujudkan Kasih Yesus Pada Yang Membutuhkan Pertolongan


Bartimeus tidak ingin menjadi orang buta, sekalipun nyatanya ia buta. Barangkali pada akhirnya Bartimeus pasrah menerima kebutaannya. Akan tetapi dia menerima, tanpa menyetujui kondisi. Hal ini menjadi sangat nyata dalam reaksi spontannya yang terjadi ketika mengetahui bahwa Yesus lewat. Bartimeus tidak kenal Yesus, akan tetapi dia pasti mendengar cerita tentang Yesus dari banyak orang. Ketika Yesus lewat, Bartimeus tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dia berteriak, minta perhatian Yesus, sehingga mengganggu orang banyak. Orang banyak akhirnya menyuruh dia diam.

Sebenarnya orang banyak itu melakukan kesalahan dengan menyuruh Bartimeus diam. Mereka tidak menerima keadaan Bartimeus dan tanpa sadar menghalangi Bartimeus untuk diperhatikan oleh Yesus. Padahal justru Yesus memanggil Bartimeus dan menyembuhkan dia.

Betapa seringnya kita memandang penderitaan sesama itu sebagai yang "sudah seharusnya". Padahal justru Tuhan tidak memandang demikian. Yesus Kristus menerima keadaan manusia yang berdosa, akan tetapi tidak setuju dengan apa yang namanya dosa. Sebab itulah Dia datang ke dunia dan menebus dosa manusia. Penebusannya yang begitu agung telah membebaskan manusia dari penderitaan karena hukuman dosa. Sebab itu, lakukanlah hal yang sama seperti yang telah Dia lakukan, berikanlah bantuan dan perhatian kepada mereka yang membutuhkan pertolongan.

Amin.

Pdt. Lisanty Lasso, STh.