Minggu, 20 Juni 2010

Hati Yang Jujur Dan Terbuka


"Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini." (Lukas 18:13).

Keadaan hati kita adalah faktor penting dalam hubungan dengan Tuhan karena yang dinilai Tuhan bukanlah paras, perawakan atau pun kepandaian, melainkan isi hati kita. "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati." (1 Samuel 16:7b), sebab, "Seperti air mencerminkan wajah, demikian hati manusia mencerminkan manusia itu." (Amsal 27:19)

Untuk menggambarkan keadaan hati manusia, Tuhan Yesus memberikan perumpamaan: "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang pemungut cukai." (Lukas 18:10). Orang Farisi adalah tokoh agama yang tahu banyak tentang isi Alkitab. Tapi sayang hatinya penuh kesombongan dan kemunafikan, merasa bersih dari dosa, tanpa cacat cela seperti tertulis: "Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepadaMu, karena aku tidak sama seperti orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah, dan bukan seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku." (Lukas 18:11-12). Otomatis orang Farisi merasa tidak memerlukan belas kasih dan anugerah; orang sehat tentunya tidak memerlukan dokter/tabib. Sebaliknya "... pemungut cukai berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihinilah aku orang berdosa ini." (Lukas 18:13)

Kejujuran dan keterbukaan hati pemungut cukai telah membuka pintu rahmat Tuhan. Permohonan belas kasih yang dipahat dari jeritan hati yang remuk selalu menyentuh hati Tuhan. Tuhan berkata, "Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain (Farisi) itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barang siapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." (Lukas 18:14).

Amin.

Pdt. Lisanty T. Lasso, STh.