Minggu, 07 Maret 2010

HIDUP BERMAKNA DALAM KEBERSAMAAN

Lukas 10:33

Ada dua macam tanggapan manusia pada waktu melihat penderitaan sesamanya. Mereka bersikap apatis atau acuh tak acuh atau bersikap peduli. Saat ini, khususnya di kota besar yang penuh dengan kesibukan, banyak orang yang bersikap tak acuh terhadap penderitaan orang lain, termasuk orang kristen sendiri. Digambarkan oleh Tuhan Yesus bahwa seorang imam dan seorang Lewi yang melihat seorang yang terkapar dan sudah setengah mati, tetapi mereka tidak peduli. Sangat disayangkan karena meskipun jabatan mereka adalah seorang imam dan Lewi, tetapi sikap dan tindakan mereka tidak mencerminkan bahwa mereka adalah hamba Tuhan sesuai dengan jabatan mereka.

Lain halnya dengan orang Samaria yang boleh dikatakan bukan orang yang mempunyai jabatan kerohanian, tetapi ia menolong orang tersebut sampai tuntas. Ia menolong tidak setengah-setengah. Kita harus mengerti bahwa salah satu ciri dari kasih adalah memberi. Orang yang memberi belum tentu mengasihi, tetapi orang mengasihi pasti memberi seperti Yesus Kristus memberikan nyawa-Nya di atas kayu sali karena kasih-Nya kepada kita. Kasih yang sejati adalah memberi tanpa pamrih dan tidak pandang bulu. Banyak orang yang memberi karena mengharapkan balasan atau kata-kata pujian.

Kita wajib mengasihi Tuhan dan sesama kita. Kasih kita jangan sampai padam. Karena tanpa kasih semua yang kita lakukan adalah sia-sia (I Kor 13:3). Marilah kita menjadikan hidup kita bermakna bagi orang lain, tunjukkan kasih kita kepada orang yang membutuhkan. Alangkah indahnya apabila kita hidup rukun dan damai dalam kebersamaan.

Amin.

Pdt. Lisanty T. Lasso, STh.